Revolusi Mental (KELAS VII)

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN PANCASILA

KELAS : VII (TUJUH) - A 

GURU PENGAMPU : UMIGIARINI PANGESTU, M.Pd

WAKTU PEMBELAJARAN : 28 APRIL 2025

Capaian Pembelajaran : 

v  Menjelaskan pengertian revolusi mental

v  Menjelaskan konsep revolusi mental

Tujuan Pembelajaran : 

1. Peserta didik mampu menjelaskan nilai penting kerja sama dan gotong royong.

2. Peserta didik mampu merespon lingkungannya untuk kerja sama dan  gotong royong.

3.  Peserta didik mempraktikkan nilai Revolusi Mental dalam kerja sama  dan gotong royong

Alur Tujuan Pembelajaran          :
  • Menjelaskan pengertian revolusi mental, 
  • Menjelaskan konsep revolusi mental
Elemen                                        : Bhinneka Tunggal Ika

Profil Pelajar Pancasila               : 
  • Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, 
  • Berkebinekaan global
  • Mandiri
  • Bergotong Royong,
  • Bernalar kritis
  • Kreatif
  • Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, 
  • Menganalisis dan mengevaluasi penalaran
Alat Peraga                                  :  LCD Projector, Speaker aktif, Note book, CD Pembelajaran interaktif, HP, kamera, kertas karton, spidol atau media.
Pertemuan                                    : ke-4
Model pembelajaran yang digunakan Discovery Learning untuk mode tatap muka

Assalamualaikum selamat pagi anak soleh & soleha. 

Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga selalu diberikan kesehatan. Mari kita pembelajaran kita hari ini dengan mengucap syukur kepada Allah agar senantiasa nikmat yg telah diberikan bisa menjadi karunia. Rasa syukur kita kepada Allah bisa kita tunjukan dalam bentuk taat beribadah & tetap semangat dalam menuntut ilmu. Semoga apa yg kita lakukan bisa menjadi ladang Pahala untuk kita semua. aamiin 

Pada materi PPKn, anak-anak akan dikenalkan Revolusi Mental.

Pernah mengenal istilah Revolusi Mental?  Istilah Revolusi Mental dikemukakan pertama kali oleh

Bagian ini mendorong siswa untuk untuk memiliki mental kuat dengan mendalami Revolusi Mental. Istilah ini dikemukakan pertama kali Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1956, dan dibangkitkan kembali oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2016. Gerakan tersebut lahir dari kesadaran bahwa bangsa Indonesia tidak selayaknya memiliki mental yang lemah serta lembek. Perlu langkah besar atau revolusi untuk mengubah mental bangsa dari mental lembek menjadi mental kuat.

"Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala," tegas Bung Karno. Gerakan tersebut mencakup tiga elemen, yaitu integritas, etos kerja, serta gotong royong. Begitu penting peran gotong royong dalam Revolusi Mental hingga menjadi bagian khusus yang perlu dicermati. 

Revolusi Mental

Pernah mengenal istilah Revolusi Mental? Jika be lum, inilah saatnya kalian mengetahui serta memahami nya agar dapatmengambilmanfaatnya guna  meraih sukses kaliamasingmasing. Istilah Revolusi Mental dikemukakan Pertamakali oleh Presiden Soekarno, Yak ni dalam pidato kene garaantanggal17 Agustus 1956. MasyarakatDunia mengenal istilah revolusi isi dan revolusi sosial untuk merebut atau mengubah kekuasaan. Bangsa Indonesia saat itu sudah merdeka. Bukan revolusi isik atau revolusi sosial yang diperlukan, melainkan revolusi mental. Bangsa-bangsa maju adalah bangsa-bangsa yang memiliki mental atau jiwa kuat, bukan yang bermental lemah. Bung Karno, sebutan dari presiden itu, tidak ingin bangs Indonesia memiliki mental yang lemah. Perlu langkah besar atau revolusi untuk mengubah mental bangsa dari mental lemah menjadi mental kuat. Presiden Joko Widodo mengenalkan kembali istilah itu dengan membentuk Ge ra kan Revolusi Mental. Gotong royong menjadi bagian dalam gerakan ini, kare na gotong royong dipan dang sebagai salah satu mental yang diper  lu kan bangsa Indonesia untuk maju. Untuk melaksanakan gerakan ini, Presiden menge luarkan Instruksi Presi den No. 12 Tahun 2016.

1.       Konsep Revolusi Mental

Seperti disebutkan di atas, istilah revolusi mental dilahirkan oleh Presiden Soekarno atau Bung Karno. Saat itu dikatakan bahwa “Revolusi mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala." Indonesia saat itu telah mengalami revolusi isik, yakni revolusi kemerdekaan pada tahun 1945. Belum sepuluh tahun merdeka, semangat revolusi di masyarakat dipandang menurun. Padahal tujuan kemerdekaanuntuk mewujudkan masyarakat adil makmur belum terpenuhi.  Presiden Soekarno mengajak seluruh bangsa melakukan revolusi lagi. Bukan revolusi isik, melainkan revolusi mental. Untuk membangun bangsa, yang diperlukan bukan hanya membangun isik seperti jalan, jembatan, pelabuhan dan gedung-gedung saja, namun juga membangun mentalnya agar seluruh bangsa memiliki mental yang kuat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revolusi berarti “Perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang.” Sedangkan mental adalah “Bersangkutan dengan batin atau watakmanusia” Dengan demikian revolusi mental berarti perubahan yang mendasar mengenai batin atau watak manusia yang dilakukan dengan mengubah pola pikirnya secara mendasar. Sekitar 70 tahun setelah Indonesia merdeka, Presiden Joko Widodo membangkitkan kembali gerakan revolusi mental ini. Gerakan ini diperjelas dengan merumuskan tiga elemen atau unsurnya. Ketiga elemen tersebut adalah integritas, etos kerja, serta gotong royong, yang saling berhubungan satu sama lainnya.

2.       Integritas dan Etos Kerja

Integritas merupakan elemen pertama dari Gerakan Revolusi Mental. Integritas memiliki banya pengertian yang berhubungan satu sama lainnya. Di antaranya adalah jujur. Jadi seorang berintegritas adalah seorang yang jujur, tidak berbohong, tidak pula korupsi. Selain itu, integritas juga berarti konsisten.  Kata-kata seorang berintegritas selalu sesuai dengan perbuatannya.

Kalau mengatakan A, juga akan melakukan A. Bukan perbuatan lainnya. Seorang berintegritas juga akan mengikuti aturan, berbuat sesuai posisi atau wewenangnya, dan selalu menjunjung kebenaran. Hal itu selaras dengan sila pertama Pancasila, yakni sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Etos kerja merupakan elemen kedua dari Gerakan Revolusi Mental. Etos kerja berarti “semanga kerja”. Seorang dengan etos kerja tinggi adalah orang bersemangat kerja tinggi. Seorang yang disiplin, tekun, serta pantang menyerah. Dalam revolusi mental, etos kerja yang tinggi ini berlandaskan

pada integritas yang kuat. Bangsa-bangsa maju adalah bangsa-bangsa yang memiliki etos kerja yang

tinggi. Demikian pula orang-orang yang sukses. Mereka selalu memiliki etos kerja yang tinggi. Mentalitas dengan etos kerja yang tinggi itu perlu dimiliki oleh semua orang di Indonesia. Hal tersebut selaras dengan sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila ketiga “Persatuan Indonesia” dalam Pancasila

3.       Gotong Royong dalam Revolusi Mental

Gotong royong merupakan elemen ketiga dalam Revolusi Mental. Inilah mental terakhir yang diperlukan bagi bangsa Indonesia untuk maju, setelah integritas dan etos kerja. Dengan

elemen ini, masyarakat terus mempertahankan dan me nguatkan jiwa “bekerja bersamasama, tolong menolong, serta bantu-membantu” antarsesama. Jiwa gotong royong inilah yang menjadi salah satu ciri utama bangsa Indonesia. Ciri utama ini menjadi kekuatan tersendiri bangsa Indonesia dibanding banyak bangsa lain saat mengalami kesulitan. Kecenderungan untuk saling menolong dan salin membantu antarwarga biasanya malah makin terlihat di masa-masa sulit, seperti masa sulit menghadapi pandemi virus Covid-19 maupun saat-saat bencana.  Dalam situasi sulit seperti itu, antarwarga malah saling membantu. Itulah sebabnya bangsa Indonesia dipandang memiliki solidaritas atau kesetiakawanan yang tinggi. Gerakan Revolusi Mental mengingatkan bahwa jiwa gotong royong itu perlu terus diperkuat, dilandasi dengan integritas atau kejujuran serta etos atau semangat kerja yang tinggi.  Secara langsung, gotong royong merupakan sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan” dan sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dalamPancasila. Dengan elemen gotong royong tersebut, lengkaplah Revolusi Mentalsebagai perwujudan lima sila pada Pancasila. Hal tersebut akan memudahkan Indonesia untuk maju, dan membuat setiap warganya mudah meraih sukses masing-masing.

Petunjuk Pembelajaran:

  1. Guru akan membuka pembelajaran di kelas 
  2. Siswa wajib absen  saat jam pelajaran berlangsung dan mengikuiti pembelajaran dengan aktif 
  3. Guru memberikan tugas 
  4. Siswa secara aktif mengerjakan tugas yang telah diberikan 

tugas: 

v  Meminta siswa mengisi isi tabel tersebut 

v  Meminta siswa bergiliran maju ke depan kelas dan  mempresentasikan hasil isian tabel tersebut.

v  Mengapresiasi partisipasi siswa.

v  Menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan


Aspek penilaian pembelajaran hari ini : 

  1. Absensi 
  2. Kefokusan dalam menjawab pertanyaan
  3. Jawaban siswa

Terimakasih, untuk antusias dalam pembelajaran hari ini. Tetap semangat belajar yaa nak dan tetap jaga kesehatan yaaa......

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keragaman Agama dan Keragaman ras dan antargolongan (6 Februari 2025)

Keragaman Antargolongan (Kelas VII) 13 Februari 2025

Evaluasi Remedial dan Pengayaan